Friday, January 21, 2011

Menangislah untuk Melembutkan Hati

                Percaya, kan, kalo tangisan itu bisa melembutkan hati? Logikanya, kalo kita bertanya tentang ini, cobalah diri kita untuk merasakan indahnya perenungan yang disertai dengan tangis dan mengakui kesalahan diri. Inilah yang dinamakan muhasabah. Inget nggak, sebuah syair yang diucapkan seorang salehin.
Wahai Tuhan, aku bukanlah ahli syurga,
namun tak mampu menahan siksa neraka.
Kabulkan tobat ampuni dosa-dosaku.
Hanyalah Engkau pengampun dosa hamba-Mu.


Allahu Akbar! Betapa agungnya pengakuan kelemahan diri ini. Dan, hanya orang-orang tertentulah yang Allah lembutkan hatinya sehingga ia bisa merasakan perenungan mendalam bernama muhasabah diri.

Itulah yang dinamakan kecerdasan iman. Ketika jiwa-jiwa menuju puncak pengalaman spiritual yang tinggi. Orang-orang yang memilki kecerdasan iman, pastilah memilki kelembutan hati yang sangat dalam. Betapa pentingnya peranan hati yang bersih di dalam membangun kecerdasan seseorang. Karena, hati yang bersih sajalah yang siap menerima bimbingan wahyu. Dan, Allah swt. berkenan melembutkan hatinya.

Kalo aja dalam setiap detiknya kita selalu mengingat bahwa maut akan senantiasa mengintai kita, kecelakaan apapun akan menimpa jasad ringkih kita; pasti kita akan terus terpacu untuk melakukan kebaikan. Hanya masalahnya, urusan maut ini selalu terlibas dengan kesenangan-kesenangan dunia. Main, dugem, pacaran, dan sebarek aktivitas “fana” lainnya selalu mengganggu stabilitas keimanan kita.

Hingga ketika Allah Swt., menagih haknya untuk diingat, waktu kita habislah sudah karena terlampau lelah untuk mengejar harta, kedudukan, dan kekuasaan. Sebagian ulama salaf berkata,  “Setiap manusia tentu mempunyai mata di wajahnya untuk memandang urusan dunia dan dua mata di hatinya untuk memandang urusan akhirat. Jika Allah Swt., menghendaki suatu kebaikan bagi seorang hamba, Dia bukakan kedua matanya yang berada di hati sehingga dengan dua mata itu, dia bisa melihat kenikmatan dan kesenangan yang tidak pernah dilihatnya dengan mata kepala”.

Inilah janji yang dapat dipegang perkataannya. Jika Allah Swt., menghendaki selain itu, Dia akan membiarkan hati makhluk-Nya apa adanya!

Masya Allah, sungguh rumit yang namanya masalah hati. Dan jangan sampai kita bermain-main dengannya. Jangan sampai kita membuat Allah Swt., murka dengan menciptakan tandingan-tandingan bagi hati kita.

Nah, karena ancaman yang keras bagi yang melupakan Allah itu sangat berat, sempatkan diri kita untuk bermuhasabah atau mengevaluasi diri mengingat dosa-dosa dan kesalahan kita. Dan, ini baik sekali kita lakukan menjelang tidur, setiap hari. Bawalah jiwa kita untuk senantiasa berkontemplasi. Bicara pada dirinya sendiri. Bertanya pada seluruh anggota badan, sudahkah mereka dibawa pada kebaikan? Untuk apa waktu kita habiskan seharian?

Apakah hanya sibuk memikirkan pekerjaan atau bincang-bincang tiada guna, dan hanya mencari keburukan orang dengan ghibah, atau juga sibuk mengerjakan hal yang tiada guna, menonton televisi berlebihan, jalan-jalan tanpa tujuan, dan hanya menghabiskan uang?

Jangan sampai kita tergolong pada orang-orang yang Allah golongkan kepada golongan orang-orang yang merugi seperti dalam Surah Al-‘Ashr. Demi waktu … sesungguhnya setiap orang itu adalah merugi. Kecuali orang-orang yang nasehat-menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.

Kalo udah tahu ini, apa kita masih cuek buat melakukan hal yang useless atau wasting time? Padahal, Malaikat ‘Izrail akan selalu siap setiap saat untuk mencabut ruh kita dari jasadnya. Masya Allah… menangislah.. menangislah sesering mungkin. Akui kesalahan diri dan lemahnya jiwa ini. Semakin sering seseorang menangis dan mengakui kelemahan diri, akan semakin kecil kemungkinan dia berlaku sombong, apa yang bisa disombongkan? Sedangkan kecantikan, kekayaan, kecerdasan yang dimiliki, bisa saja Allah cabut kapan saja karena Dialah pemilik semua itu.

Ada sebuah kisah tentang seseorang yang memiliki kecerdasan luar biasa. Dia kuliah di perguruan tinggi bergengsi, Harvard University. Betapa bangganya dia dengan intelegensi yang dimilikinya sehingga kerap kali dia menyombongkan diri.

Hingga suatu waktu, sebuah kejadian menimpanya, saat dia sedang melakukan percobaan di laboratorium. Pembuluh darah otaknya pecah hingga ia tak sadarkan diri. Lalu, apa yang terjadi? Ternyata, dia nggak lagi bisa mengingat kejadian yang dialaminya, bahkan kejadian yang baru saja dialami 5 menit yang lalu. Untuk mengingat apakah dia sudah makan atau belum pun, dia tidak mampu. Na’udzubillah. Maka, berlindunglah kita dari godaan setan agar dijauhkan dari sifat sombong.

Truz …, apa kabar dengan seleb-seleb keren pujaanmu? Ketampanan or kecantikan yang mereka miliki hanyalah titipan Allah, kan? Lalu, apakah mereka berhak sombong atas itu? Nah, kalo misalkan Daniel Radcliffe kesayanganmu tiba-tiba cacat, apa kamu masih memujanya? Kalo idolamu, Angelina Jolie tiba-tiba mengalami kecelakaan hingga seluruh tubuhnya terbakar, apa kamu masih ngefans? (woii, ini bukan ngedoain lho). Fuuih…, sangat tipis ternyata batas antara kagum dengan benci. Karenanya, Rasulullah Saw., bersabda, “Janganlah kamu terlalu membenci seseorang atau mencintai seseorang, karena bisa jadi akan mengalami kebalikannya.”

Nah, kali ini, kita latih yuk, hati kita supaya menjadi lebih lembut dan kamu pun akan lebih mudah tersentuh dengan keagungan Allah.

Mudah aja caranya. Kamu sering ngerasa terharu, kan, kalo mengingat orangtua, khususnya ibu. Bahkan, sampe menitikkan air mata kalau mengingat jasa-jasanya.

Melatih hatimu untuk lebih peka dan lembut adalah dengan membaca puisi renungan tentang ibu berikut ini. Ikuti langkah – langkahnya, ya!
1.       Ciptakan suasana syahdu, senyap. Lebih bagus kamu lakuin terapi ini setelah melakukan sholat malam.
2.       Pastikan kamu sendiri, ya, coz kalo ada orang lain, konsentrasimu akan buyar. Apalagi kalo ada adik yang suka rebut dan rese gangguin kamu. Hehehe ….
3.       Awali dengan mendengarkan lagu-lagu lembut tentang ibu. Kamu bisa pilih lagu:
·         Bunda dari Melly Goeslaw
·         Ibu dari Iwan Fals
·         Lagu untuk Ibu dari Nasyid Brothers, atau
·         Untukmu Bunda dari Nasyid Gradasi.
4.       Konsentrasikan pikiranmu pada sosok ibu yang telah mengandungmu selama Sembilan bulan dengan membawa beban berat.
5.       Mulailah membaca sambil merenungi puisi berikut ini dengan back sound lagu Bunda-nya Melly Goeslaw, kemudian musik selanjutnya instrument Koi dari Kitaro.

BUNDA
Bunda…
Tiada habis waktuku mengingatmu
Sejak aku berada dalam gulita di rahimmu
Kau belai aku penuh kasih saying
Kau rela membagi setengah napasmu … setengah nutrisimu … setengah hidupmu
Untukku … untukku …!
Kau tabah, meski setiap pagi kau tersiksa dengan morning sick yang sungguh memualkan
Atau meski kau harus hadapi hipermisis syndrome yang sungguh menyakitkan
Tapi kau tetap bersabar …
Dan kau menikmatinya …
Kau nikmati detik-detik penantian hadirnya aku ke dunia
Dengan tidurmu yang tiada lelap dan mata yang sulit terpejam karena aku yang tidak bisa diam
Belum lagi aku yang sering menyulitkan saat kau berjalan, duduk, berbaring, bahkan untuk bernapas sekalipun begitu sesaknya kau rasakan
namun, lagi-lagi kau tetap tersenyum penuh ketabahan
...
Tetap saja kau alunkan senandung doa-doa dan harapan akan keselamatan

Bunda …
Tiada habis waktuku memujamu
Saat aku lahir ke dunia …
Dirimu harus berjuang penuh kesungguhan
Tiada perjuangan yang paling agung kecuali saat-saat kau harus mengorbankan kehidupan
Kala saat itu ada dua pilihan antara hidup dan kematian
Lalu lahirlah aku ke dunia …
                Dengan takzim kedua telinga ini ayah azankan
Bersam ayah, kau timang aku dengan berlafaz-lafaz doa kau lantunkan
Meski saat itu, tubuh yang lemah dan sakit tiada terperi kau rasakan

Bunda …
Tiada henti aku mendoakanmu …
Ternyata aku belum berhenti menyusahkanmu
Saat kau harus hadapi kenakalan demi kenakalan yang kulakukan
Mulai dari mengotori lantai, mencoret-coret tembok, bahkan memecahkan vas kesayangan
Namun, sekali lagi kau tak pernah mengeluh
Karena yang ada saat itu hanyalah berjuta pengertian
Oh, sungguh beribu … berjuta … bermiliar … bahkan tak terhitung lagi kasih saying yang kau curahkan
Betapa seluruh waktu hidupmu kau korbankan untukku
Tiada lagi yang selalu kau ucapkan selain, ya habibati … La tusyrik billah …
Kau didik aku dengan perintah-perintah Allah …
Kau ajari aku bagaimana shalat dan mengaji …
Kau tidak ajarai aku bagaimana menari dan menyanyi …
Dan kau tak mengenalkan padaku kemewahan …
Yang kau tanamkan adalah kesahajaan, kesabaran, dan sebenar ketakwaan …

Bunda …
Tak habis waktuku mencintaimu …
Bahkan, sampai aku tumbuh remaja’masih saja aku menyusahkan hati …
Saat kau harus hadapi begitu banyak perubahan anakmu ini
Saat kita sering berdebat karena keegoisanku yang tengah mencari jati diri
Namun, kau begitu sabar dan begitu mengerti
Kau selalu berusaha memberikan pemahaman yang sangat menyejukkan hati …
Bagai oase ditengah gurun pasir
Kau selalu ada kala jiwa mengalami duka
Bagai angin sepoi-sepoi dicerahnya hari
Kau selalu embuskan ketenangan kala hati dililit nestapa
Dan, bagai obat yang sangat ampuh
Kau mampu jadi penawar bagi luka hatiku hingga ku sembuh

Bunda …
Tiada henti ku menangis untukmu …
Kau adalah wanita paling tegar di dunia ini …
Begitu tangguhnya dirimu menghadapi karang nan terjal diluasnya laut kehidupan ini
Kau yang begitu tegarnya membesarkan anak-anakmu
Dengan kedua tanganmu yang lemah
Dengan segala kemampuan yang kau punyai
Bahkan, sampai dengan mengorbankan diri sendiri …

Kuingat Bunda …
Bahkan, kau rela mengenyahkan keinginanmu untuk membeli barang yang kau inginkan
Hanya karena kau teringat anak-anakmu yang perlu banyak biaya
Kau rela meski harus hidup sederhana … bahkan begitu sangat sederhana
Asal anak-anakmu berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya …

Bunda, entah apalagi yang harus kukatakan …
Tak cukup berlembar-lembar puisi aku persembahkan
Tak cukup berlembar-lembar uang hijau aku berikan
Tak cukup pengabdian yang selama ini telah aku lakukan
Untuk menggangti tetesan darah dan keringat yang telah kau korbankan

Bunda … aku tak bisa apa …
Hanya bisa memberikan beruntai doa
Semoga engkau dapatkan pahala yang terbaik di sisi-Nya
Dan, aku berjanji …
Kuakan menyenangkan hatimu dengan apa pun cara
Bahkan, meski kuharus menyabung nyawa …
Demi darahmu yang mengalir ditubuhku hingga sekarang …
Demi hidup dalam ketenangan din ini, yang semua ini kau yang menanamkan
Demi kasih sayang dan pengorbanan yang tak henti-hentinya kau berikan …
Bahkan sampai sekarang …
Kala seharusnya kau tiada menyulitkanmu lagi
Kala seharusnya, kau harus beristirahat saja dari kelelahan raga karenaku ..
Tetapi, kulihat begitu bersemangatnya kau memberikan seluruh dedikasi untuk diri ini …
Dalam usiamu yang tak lagi muda

Bunda …
Tahukah apa yang paling kutakutkan ?
Bunda … aku takut jika suatu waktu Sang Pemilik Raga menghentikan kisah indah antara kita
Begitu takutnya Bunda …
Sehingga dalam setiap doa-doa, aku selalu memohonkan panjangnya usia.

No comments:

Post a Comment